SECUIL DALIL PEUSIJUK
Oleh
Tgk. Kasman ‘Arifa Abdya
MUQADDIMAH
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وأصحابه وأتباعه ومن والاه، أما بعد،
Risalah kecil ini ditulis atas permintaan beberapa ikhwan dan rekan untuk pegangan dalam suatu amalan yang dilakukan. Untuk sekedar mudah mengingatkan maka kepada risalah ini diberikan nama: “Secuil Dalil Tentang Peusijuk (Tepung Tawar)”.
Semoga risalah ini ada manfaatnya bagi masyarakat Islam semua. Dan semoga disampaikan pahalanya kepada penulis, kepada orang tua penulis, semua guru-guru penulis, semua rekan, shahabat dan ikhwan dan seluruh kaum muslimin dan muslimat semuanya. Amin.
Bireuen, 12 November 2011
Penulis adalah Guru Dayah Darul Khairat & Imam Meunasah Kota Bireuen
DALIL YANG MEMBOLEHKAN PEUSIJUK (TEPUNG TAWAR)
Peusijuk (tepung tawar) merupakan satu perbuatan yang sudah dilakukan oleh ulama-ulama Islam sejak masa lampau. Namun belakangan ini perbuatan tersebut terusik oleh ide-ide dan pemikiran sebagian kelompok Islam yang menganggap diri mereka pendiri sunnah dan seakan sangat mengerti dengan dalil-dalil agama, sehingga suatu amalan yang menurut mereka tidak ada dalilnya itu langsung dianggap bid’ah, dianggap kufur, kurafat dan syirik. Mereka tidak perduli walaupun perbuatan tersebut sudah dilakukan berabad-abad lamanya dan pelakunya adalah ulama-ulama umat ini. Bahkan, jika ada sebagian orang awam berdalil dengan perbuatan ulama-ulama terdahulu maka mereka menvonis bahwa orang awam tersebut telah mengambil agama dari jalur yang salah yaitu dari ulama-ulama, bukan Salafuna Shalih dan bukan dari Rasulullah.
Peusijuk bukanlah perkara yang sangat penting dilakukan lalu dijadikan pembahasan, namun mereka benar-benar kurang pekerjaan selalu mengusik dan bertanya tentang amalan yang sudah menjadi adat dalam masyarakat yang tidak menyalahi dengan hukum Islam. Maka dimana-mana mereka melihat peusijuk maka selalu dilihatnya dengan pandangan sinis dan sadis karena menurut mereka bahwa dengan melakukan itu maka pelakunya adalah penghuni neraka. Lalu mereka sibuk bertanya tentang dalilnya.
Wahai kaum muslimin semua dan kaum yang melaksanakan peusijuk pada khususnya.
Ketahuilah bahwa jika mereka bertanya-tanya tentang dalil peusijuk itu cukukp menjadi bukti bagi kita bahwa mereka bukan orang-orang yang mengerti dengan sunnah Rasulullah apalagi menguasainya dan apalagi mendirikannya.
Jika mereka paham dengan sunnah maka kenapa mereka bertanya dalil peusijuk? Apa mereka tidak baca dalam kitab-kitab hadits tentang hukum dasar peusijuk.
Berikut ini kami nukilkan dalil bahwa Rasulullah pernah melakukan peusijuk terhadap Sayyidatina Fathimah dan Sayyidina ‘Ali sa’at keduanya menikah, yaitu:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن عَبْدِ اللَّهِ الْحَضْرَمِيُّ، ثنا الْحَسَنُ بن حَمَّادٍ الْحَضْرَمِيُّ، ثنا يَحْيَى بن يَعْلَى الأَسْلَمِيُّ، عَنْ سَعِيدِ بن أَبِي عَرُوبَةَ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَنَسِ بن مَالِكٍ، قَالَ: جَاءَ أَبُو بَكْرٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَعَدَ بَيْنَ يَدَيْهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ! قَدْ عَلِمْتَ مُنَاصَحَتِي وَقِدَمِي فِي الإِسْلامِ، وَإِنِّي وَإِنِّي، قَالَ:وَمَا ذَلِكَ؟قَالَ: تُزَوِّجْنِي فَاطِمَةَ، فَسَكَتَ عَنْهُ، أَوْ قَالَ: فَأَعْرَضَ عَنْهُ، فَرَجَعَ أَبُو بَكْرٍ إِلَى عُمَرَ، فَقَالَ: هَلَكْتُ وَأَهْلَكْتَ، قَالَ: وَمَا ذَلِكَ؟ قَالَ: خَطَبْتُ فَاطِمَةَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْرَضَ عَنِّي، فَقَالَ: مَكَانَكَ حَتَّى آتِيَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَطْلُبُ مِثْلَ الَّذِي طَلَبْتَ، فَأَتَى عُمَرُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَعَدَ بَيْنَ يَدَيْهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ! قَدْ عَلِمْتَ مُنَاصَحَتِي وَقِدَمِي فِي الإِسْلامِ، وَإِنِّي وَإِنِّي، قَالَ:وَمَا ذَاكَ؟قَالَ: تُزَوِّجْنِي فَاطِمَةَ، فَأَعْرَضَ عَنْهُ فَرَجَعَ عُمَرُ إِلَى أَبِي بَكْرٍ، فَقَالَ: إِنَّهُ يَنْتَظِرُ أَمْرَ اللَّهِ فِيهَا، انْطَلِقْ بنا إِلَى عَلِيٍّ حَتَّى نَأْمُرَهُ أَنْ يَطْلُبَ مِثْلَ الَّذِي طَلَبْنَا، قَالَ عَلِيٌّ: فَأَتَيَانِي وَأَنَا فِي سَبِيلٍ، فَقَالا: بنتُ عَمِّكَ تُخْطَبُ، فَنَبَّهَانِي لأَمْرٍ، فَقُمْتُ أَجُرُّ رِدَائِي طَرَفٌ عَلَى عَاتِقِي، وَطَرَفٌ آخَرُ فِي الأَرْضِ حَتَّى أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَعَدْتُ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ! قَدْ عَلِمْتَ قِدَمِي فِي الإِسْلامِ وَمُنَاصَحَتِي، وَإِنِّي وَإِنِّي، قَالَ:وَمَا ذَاكَ يَا عَلِيُّ؟قُلْتُ: تُزَوِّجْنِي فَاطِمَةَ، قَالَ:وَمَا عِنْدَكَ، قُلْتُ: فَرَسِي وَبُدْنِي، يَعْنِي دِرْعِي، قَالَ:أَمَّا فَرَسُكَ، فَلا بُدَّ لَكَ مِنْهُ، وَأَمَّا دِرْعُكَ فَبِعْهَا، فَبِعْتُهَا بِأَرْبَعَ مِائَةٍ وَثَمَانِينَ فَأَتَيْتُ بِهَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعْتُهَا فِي حِجْرِهِ، فَقَبَضَ مِنْهَا قَبْضَةً، فَقَالَ:يَا بِلالُ، ابْغِنَا بِهَا طِيبًا، ومُرْهُمْ أَنْ يُجَهِّزُوهَا، فَجَعَلَ لَهَا سَرِيرًا مُشَرَّطًا بِالشَّرَيطِ، وَوِسَادَةً مِنْ أَدَمٍ، حَشْوُهَا لِيفٌ، وَمَلأَ الْبَيْتَ كَثِيبًا، يَعْنِي رَمَلا، وَقَالَ:إِذَا أَتَتْكَ فَلا تُحْدِثْ شَيْئًا حَتَّى آتِيَكَ، فَجَاءَتْ مَعَ أُمِّ أَيْمَنَ فَقَعَدَتْ فِي جَانِبٍ الْبَيْتِ، وَأَنَا فِي جَانِبٍ، فَجَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ:هَهُنَا أَخِي، فَقَالَتْ أُمُّ أَيْمَنَ: أَخُوكَ قَدْ زَوَّجْتَهُ بنتَكَ، فَدَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ لِفَاطِمَةَ:ائْتِينِي بِمَاءٍ، فَقَامَتْ إِلَى قَعْبٍ فِي الْبَيْتِ فَجَعَلَتْ فِيهِ مَاءً فَأَتَتْهُ بِهِ فَمَجَّ فِيهِ ثُمَّ قَالَ لَهَا:قَوْمِي، فَنَضَحَ بَيْنَ ثَدْيَيْهَا وَعَلَى رَأْسِهَا، ثُمَّ قَالَ:اللَّهُمَّ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، ثُمَّ قَالَ لَهَا:أَدْبِرِي، فَأَدْبَرَتْ فَنَضَحَ بَيْنَ كَتِفَيْهَا، ثُمَّ قَالَ:اللَّهُمَّ إِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، ثُمَّ قَالَ:ائْتِينِي بِمَاءٍ، فَعَمِلْتُ الَّذِي يُرِيدُهُ، فَمَلأْتُ الْقَعْبَ مَاءً فَأَتَيْتُهُ بِهِ فَأَخَذَ مِنْهُ بِفِيهِ، ثُمَّ مَجَّهُ فِيهِ، ثُمَّ صَبَّ عَلَى رَأْسِي وَبَيْنَ يَدَيْ، ثُمَّ قَالَ:اللَّهُمَّ إِنِّي أُعِيذُهُ وَذُرِّيَّتَهُ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، ثُمَّ قَالَ:ادْخُلْ عَلَى أَهْلِكَ بِسْمِ اللَّهِ وَالْبَرَكَةِ. (المعجم الكبير: للإمام الطبراني)
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami oleh Muhammad bin ‘Abdullah al-Khazramiy, telah mengabarkan kepada kami oleh al-Hasan bin Hammad al-Khazramiy, telah mengabarkan kepada kami oleh Yahya bin Ya’la al-Aslamiy, dari Sa’id bin Abi ‘Arubah, dari Qatadah dari al-Hasan dari Anas bin Malik berkata ia: Telah datang Abubakar kepada Nabi shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam maka duduk ia dihadapan Nabi, lalu berkata: Ya Rasulallah! Sungguh engkau mengetahui akan menasehatiku dan kakiku dalam Islam, dan bahwa sungguh aku, dan bahwa sungguh aku, (disini Abubakar tergagap-pent). Dan Rasulullah bertanya: dan apa itu? Maka Abubakar menjawab: Kawinkah aku dengan Fathimah. Maka Rasulullah diam atau berpaling dari Abubakar. Maka kembalilah Abubakar kepada ‘Umar, lalu berkata: Celakalah aku, dan Celakalah engkau. ‘Umar berkata: apa itu?. Abubakar menjawab: aku meminang Fathimah kepada Rasulullah shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam maka beliau berpaling daripadaku. Maka ‘Umar berkata: tetap engkau disini sehingga aku datang kepada Nabi shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam maka aku meminta seumpama permintaan engkau. maka datanglah ‘Umar kepada Nabi shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, maka duduk ia dihadapan Nabi, lalu berkata: Ya Rasulallah! Sungguh engkau mengetahui akan menasehatiku dan kakiku dalam Islam, dan bahwa sungguh aku, dan bahwa sungguh aku, (disini ‘Umar tergagap-pent). Dan Rasulullah bertanya: dan apa itu? Maka ‘Umar menjawab: Kawinkah aku dengan Fathimah. Maka Rasulullah berpaling dari ‘Umar. Maka kembalilah ‘Umar kepada Abubakar, lalu ‘Umar berkata: sesungguhnya Rasulullah itu menunggu perintah Allah pada urusan Fathimah. Berangkat kami kepada ‘Ali sehingga kami perintah ‘Ali untuk meminta apa yang sudah kami minta. Berkata ‘Ali: maka kedunya datang kepadaku sedang aku berada di jalan. Maka keduanya berkata: anak (cucu) perempuan paman engkau itu engkau pinang. Maka keduanya memperhatikan aku satu pekerjaan. Maka aku berdiri sambil menarik ridakku, satu ujung diatas leherku dan satunya lagi pada bumi, sehingga aku datang kepada Nabi shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, maka aku duduk dihadapan Rasulullah shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Maka aku berkata: Ya Rasulallah! Sungguh engkau mengetahui akan kakiku dalam Islam dan menasehatiku, dan bahwa sungguh aku, dan bahwa sungguh aku, (disini ‘Ali pun tergagap-pent). Dan Rasulullah bertanya: dan apa itu wahai ‘Ali? Maka aku (‘Ali) menjawab: Kawinkah aku dengan Fathimah. Maka Rasulullah berkata: dan apa yang ada bersamamu (sebagai mahar-pent)? Aku berkata: Kudaku dan baju besiku. Rasulullah berkata: adapun kuda engkau maka tidak boleh tidak bagi engkau daripadanya. Dan adapun baju besi engkau maka jual olehmu baju tersebut. Maka aku jual baju tersebut dengan 480 (dirham-pent). Maka aku membawanya kepada Nabi shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Maka aku meletakkannya dalam pangkuan beliau, maka beliau menerimanya, lalu berkata: wahai Bilal! Beritahu olehmu kepada Fathimah secara baik, dan perintah olehmu akan mereka supaya mereka mempersiapkan Fathimah. Maka Bilal membuat untuk Fathimah ranjang yang dijalin dengan pita, bantal dari sepotong kulit yang diisi didalamnya dengan sabut (jerami atau rumput kering), menimbuni kamar dengan pasir. Dan Rasulullah berkata, apabila Fathimah datang kepada engkau maka jangan engkau ucap apapun kepadanya sehingga aku datang akan engkau. Maka datanglah Fathimah bersama Ummu Ayman, maka duduklah ia pada sisi kamar, dan aku pada sisi yang lain. Maka datanglah Nabi shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, lalu berkata: Disini saudaraku. Maka berkata Ummu Ayman: saudara engkau (yakni ‘Ali) sungguh engkau kawinkan akannya dengan putri engkau (yakni Fathimah). Maka masuklah Nabi shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, dan berkata kepada Fathimah: Bawalah olehmu kepadaku akan air! Maka Fathimah pun berdiri menuju kepada gelas besar didalam kamar, maka menuangkan kedalamnya akan air, maka dibawanya air tersebut kepada Rasulullah maka Rasulullah meludahi dalam air tersebut, kemudian berkata kepada Fathimah: Luruslah kamu, maka memercikkan ia akan air diantara dua dada Fathimah dan atas kepada Fathimah, kemudian berkata: Ya Allah sesungguhnya aku memohon dengan Engkau perlindungan untuk Fathimah dan juga untuk keturunannya daripada syaithan yang terkutuk. Kemudian Rasulullah berkata kepada Fathimah, berbaliklah engkau (yakni membelakangi Rasul), maka Fathimah pun berbalik, maka Rasulullah memercikkan air diantara dua bahunya, kemudian berkata: Ya Allah sesungguhnya aku memohon dengan Engkau perlindungan untuk Fathimah dan juga untuk keturunannya daripada syaithan yang terkutuk. Kemudian Rasulullah berkata (kepada ‘Ali); bawakan air kepadaku!, maka aku melakukan apa yang dikehendaki oleh beliau, maka aku penuhkan gelas dengan air maka aku bawa kepada Rasulullah, maka Rasulullah mengambil air itu dengan mulutnya, kemudian meludah kembali air tersebeut kedalam gelas, kemudian menuangkan ia diatas kepalaku (kepada ‘Ali), dan diantara dua dadaku, kemudian beliau berkata: Ya Allah sesungguhnya aku memohon dengan Engkau perlindungan untuk “Ali dan juga untuk keturunannya daripada syaithan yang terkutuk. Kemudian ia berkata: masuklah engkau wahai ‘Ali kepada keluargamu (yakni Fathimah) dengan Nama Allah dan Berkat. (lihat kitab al-Ma’jam Kabir karangan Imam Thabraniy).
Setelah dalil diatas mereka bacakan maka mereka masih tetap tidak percaya dan ujung-ujungnya mereka katakan itu hadits dha’if atau bahkan maudhu’ yakni palsu. Dan jika hadits tersebut mereka anggap shahih maka amalan peusijuk yang dilakukan hari menurut mereka tetap tidak ada dalilnya karena peusijuk yang dilakukan hari ini bukan seperti peusijuk yang dilakukan oleh Nabi dalam hadits.
Diantara perbuatan yang tidak mereka terima dalam peusijuk adalah: memakai Daun Sedingin, Rumput “Seumbo”, Daun Pandan, Batang Talas, Tunas Pinang, Bunga, Inai, Emas, Beras & Padi, Garam, Gula, Minyak Wangi, Kunyit, Limau Purut, Kemenyan, Kapas, Tepung Tawar / Bedak, Air, Kaki Ayam, Hati Ayam dan sebagainya.
Kenapa mereka tidak menerima peusijuk semacam ini? Karena pemahaman mereka terhadap nash secara tekstual. Mereka tidak membolehkan tafaul karena mereka tidak mengerti apa itu tafaul.
Jika mereka mengerti tafaul maka mereka akan berkata:
1. Daun Sedingin: bersifat dingin dan aman ketika dimanfaatkan.
2. Rumput Seumbo: bisa tumbuh ditanah yang keras dan tetap tegar dalam segala masalah.
3. Daun Pandan: kehadirannya menyedapkan dan mendatangkan kewangian bagi yang lain.
4. Batang Talas: cepat berkembang dan batangnya selalu bermanfaat.
5. Tunas Pinang: kuat dan lurus bermanfaat.
6. Bunga: selalu wangi dan sangat disenangi.
7. Inai: kuat manfaat dari segi apapun.
8. Emas: barang yang dituju sesuatu yang sangat berharga.
9. Beras & Padi: makanan pokok yang berkembang banyak dan selalu dimanfaatkan.
10. Garam: sesuatu yang menyedapkan semua makanan dan memuaskan.
11. Gula: barang yang dituju agar mendapat kesenangan.
12. Minyak Wangi: selalu diagungkan.
13. Kunyit: cepat berkembang serta makmur.
14. Limau Purut: membawa kebahagiaan.
15. Kemenyan: disukai Malaikat pembawa rahmat.
16. Kapas: beban yang berat jadi ringan.
17. Tepung Tawar/Bedak: semoga dihias dengan kebahagiaan.
18. Air: semoga selalu dalam hak Allah.
19. Kaki Ayam: giat mencari rizki yang halal.
20. Hati Ayam: agar terbolak-balik hati.
Mereka juga tidak menerima ini juga karena mereka tidak membedakan Islam yang bersifat ajaran dan Islam yang bersifat Kultural.
Contohnya adalah bersedekah. Bersedekah adalah perintah Rasul, dan ini dinamakan ajaran. Tetapi apa dan bagaimana serta dalam bentuk apa kita bersedekah itu bergantung kepada kultur dan budaya setempat, maka ini dinamakan kultural.
Begitulah dengan peusijuk. Peusijuk itu ada dasarnya dari Rasulullah sebagaimana hadits diatas, dan ini dinamakan ajaran. Tetapi bagaimana cara peusijuk untuk daerah kita maka itu kembali kepada kultural. Namun hal itu tentu dengan menjaga agar tidak memasukkan kedalamnya akan hal-hal yang dilarang.
Jika mereka katakan bahwa peusijuk itu berasal dari agama Hindu maka kepada mereka kita katakan:
1. Sebelum Islam masuk ke Nusantara maka orang di Nusantara adalah orang Hindu, agamanya Hindu, bangsanya Hindu, budayanya Hindu dan orang-orangnya pun Hindu. Maka ketika orang yang tadinya Hindu itu di-Islamkan oleh para pembawa Islam maka seluruh atribut Hindu pun di-Islamkan sampai kepada budayanya pun di-Islamkan. Maka acara peusijuk yang dilakukan Hindu yang memanggil-manggil dewa maka diganti dengan doa dan kepada Tuhan. Makanan yang menurut Hindu dibuat sebagai persembahan maka diganti bahwa makanan itu tetap untuk dimakan sebagai keberkatan. Jika mereka tanyakan darimana sumber peusijuk yang dibawa oleh pembawa Islam itu? maka tanyakan kepada mereka darimana sumber Islam yang dibawa oleh pembawa Islam.
2. Jangan terpengaruh dengan cerita-cerita agama lain yang mengatakan bahwa agama mereka adalah agama tertua didunia. Jika pengaruh ini telah merasuk kita maka akan sangat banyak ajaran agama ini harus kita tinggalkan karena kita anggap berasal dari mereka. Ada seorang yang beragama Hindu yang kemudian masuk Islam ditangan saya. Setelah masuk Islam dia bercerita bahwa “Batu Hitam (Hajar Aswad) itu menurut dia adalah Dewa Siwa sembahan Hindu, dan batu itu berasal dari India.” Nah.. coba bayangkan jika saya tidak mengerti asal usul Hajar Aswad maka mungkin saya sudah berkata “celakalah orang Islam mengagungkan batu sembahan Hindu”. Tetapi itu tentu tidak saya lakukan dan kepada muallaf itu saya katakan bahwa batu itu berasal dari syurga, kami memuliakan batu itu tetapi bukan menyembahnya.
Demikianlah yang kami sampaikan yang sungguh masih sangat jauh dari harapan tetapi mudah-mudahan berguna bagi mereka yang mencari jalan kebenaran.
سَلَامٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Sampaikan Tulisan Ini Kepada Kawan Dan Lawan Untuk Mewujudkan Kebenaran
Ini yang namanya tasyabuh, apalagi pakai kemenyan. Tidak semua kultur/adat boleh dimasukkan ke dalam agama, apalagi jika itu menyerempet ke bahaya syirik
TEPUNG TAWAR UNTUK PARA PEMIMPIN BANGSA
Posted on April 3, 2010 by vaprakeswara
Rate This
PEMIMPIN JUGA MANUSIA, KADANG TERLINTAS PIKIRAN DUSTA, KATA TAK BIJAK, PRILAKU NISTA. “TEPUNG TAWAR” MUNGKINKAH BISA MENJADI OBAT PENYAKIT BAGI MEREKA?
Om Awignamastu Namasiddham,
Begitu banyak masalah yang dihadapi akibat pelanggaran-pelanggaran dalam pesta demokrasi “contreng” 2009, seakan mencoreng wajah demokrasi di negri ini. Kecurangan yang terjadi menandakan bahwa bagsa ini lupa akan kejujurannya, lupa akan dasar Negara pancasila, atau bahkan lupa “Ketuhanan Yang Maha Esa”, dimana sebagaian tokoh yang terjun dalam dunia politik tidak malu lagi akan dosa dari kebohongan-kebohongan, yang bahkan mengatasnamakan Tuhan. Semoga tepung tawar bias mengingatkan para pemimpin yang hanya memperjuangkan nasibnya sendiri.
Tepung tawar merupakan salah satu sarana upacara dalam Agama Hindu yang berfungsi sebagai pembersih. Penggunaan tepung tawar dalam suatu upakara merupakan sebuah keharusan baik dalam manusa yadnya, dewa yadnya, bhuta yadnya, Rsi Yadnya maupun pitra yadnya. Karena demikian pentingnya unsur tepung tawar ini dalam setiap upacara keagamaan Hindu, maka Tradisi matepung (bertepung) tawar sejak zaman dahulu telah menjadi tradisi Nusantara yang berlangsung bahkan mungkin sebelum kedatangan Hindu di Nusantara.
Hal ini terbukti dengan masih lestarinya upacara tepung tawar ini diberbagai daerah seperti Aceh, Medan, Riau, Lampung, Kalimatan, Nusa Tenggara apalagi Bali. Secara umum mereka melaksanakan adat tepung tawar ini untuk perkawinan maupun ada bencana. Bahkan di Nusa Tenggara upacara tepung tawar digunakan untuk mendamaikan dua desa yang sedang berselisih. Di Bali tepung tawar menjadi salah satu komponen dalam upacara agama Hindu, bahkan hingga saat ini seluruh umat Hindu menggunakan tepung tawar terutama dalam banten untuk panca yadnya. Jika dilihat dari bahan tepung tawar ditiap-tiap daerah umumnya berbeda-beda, namun tujuannya sama yaitu berfungsi sebagai pembersih dan menolak bala. Bahan tepung tawar ada yang manggunakan beras dicampur kunyit, dedaunan seperti sirih, jeruk, dan sebagainya.
Dalam upacara agama Hindu Bahan tepung tawar adalah berupa beras yang direndam dtumbuk halus bersama daun dadab. Pada umumnya tepung tawar ini ditempatkan pada pesucian atau penyeneng, bersama dengan segau, kekosok, sesarik dan benang tukelan (benang dari kapas asli). Jika dilihat semua bahan itu berfungsi sebagai pembersih. Hal ini jelas tersirat pula dalam mantra dari tepung tawar:
“Om Sajnya asta sastra,empu sarining tepung tawar amunahaken, segau agluaraken sebel kandel lara roga baktan-Mu”.
Artinya kurang lebih:
“ Om Hyang Widdhi dengan kuasa delapan kekuatan-Mu, tepung tawar memusnahkan abu nasi (segau), mengeluarkan kotoran yang lekat, kedukaan dan penyakit para penyembah-Mu”.
Dalam uraian tersebut jelas bahwa daun dadap mengandung asta sastra yang disamakan dengan asta aiswarya yang dapat melenyapkan:
1. Sebel Kandel atau kotoran yang melekat dalam diri manusia. mengacu pada Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-aspek agama Hindu yang disyahkan PHDI adalah: Suatu keadaan tidak suci menurut pandangan Agama Hindu yang disebabkan karena: kematian, menstruasi, melahirkan anak, keguguran kandungan, pawiwahan/ perkawinan, gamia-gamana, salah timpal, hamil diluar nikah, berzina, bayi lahir di mana ayah-ibunya belum/ tidak menikah, sakit gede (lepra, aids).
Di samping itu dalam ajaran Agama Hindu disebutkan ada sepuluh kotoran yang lekat pada diri manusia yang hendaknya selalu dibersihkan, antara lain:
Tandri (malas), kleda (suka menunda-nunda), teja (pikiran gelap), kulina (sombong,suka menghina/ menyakiti hati orang), kuhaka (keras kepala), metraya (sombong dan berbohong/ melebih-lebihkan), megata (kejam), ragastri (suka berzina), bhaksa bhuwana (suka membuat orang lain melarat), & kimburu (senang menipu)
Selain Dasa Mala juga ada Tri Mala yaitu tiga macam kotoran dan kebatilan jiwa manusia akibat pengaruh negatif dan nafsu yang sering tidak dapat terkendalikan dan sangat bertentangan dengan etika kesusilaan. Antara lain: Mithya hrdya (berperasaan dan berpikiran buruk), Mithya wacana (berkata sombong, angkuh, tidak menepati janji), Mithya laksana (berbuat yang curang / culas / licik /merugikan orang lain)
2. Lara yaitu kedukaan atau kesedihan yang dialami setiap orang, atau dapat pula dikatakan penderitaan, yang dialami dalah kehidupan ini seperti yang disebutkan dalam Wrhaspatti Tattwa sebagai berikut:
Nihan tang adhyatmika siddhi ngaranya,
ika wang humilangaken ikang duhka telu,
ndya ta yang duhka telu ngaran, adhyatmika duhka,
adhibhautika duhka, adhidaivika duhka.
(Wrhaspatti Tattwa, 33)
Artinya:
Inilah yang disebut adhyatmika sidhi Orang yang dapat menghilangkan tiga sumber derita (penyakit). Tiga sumber derita itu adalah adhyatmika duhka (derita yang penyebabnya berasal dari dalam diri), adhibhautika duhka (derita yang penyebabnya berasal dari luar diri), adhidaivika duhka (derita yang penyebabnya berasal dari karma pada penjelmaan di masa-masa lampau).
3. Roga, penyakit yang diderita yang biasa terjadi bila keseimbangan dan keharmonisan dari ketiga unsur tri dosha terganggu, yang menyebabkan fungsi dari sistem yang ada di dalam tubuh akan terganggu. Keadaan inilah yang menyebabkan timbul suatu vyadhi (penyakit) dan keadaan yang demikian disebut roga (sakit).
Menurut Ayurveda, prinsip utama dalam menjaga keseimbangan unsur tri dosha agar tubuh tetap svasthya atau sehat ada tiga hal pokok atau upasthamba yang harus dilakukan, yaitu:
· Ahara, melakukan diet seimbang. Makan dan minum sesuai kebutuhan, baik dalam kuantitas maupun kualitas. Bila keadaan dilanggar, maka keseimbangan ketiga unsur tri dosha akan terganggu dan akan mengakibatkan sistem jaringan ubuh terpengaruh, kekebalan tubuh tidak seimbang akhirnya tubuh menjadi sakit.
· Nidra, tidur nyenyak. Dalam sehari sebaiknya tidur kurang lebih selama sepertiga hari. Dengan tidur nyenyak sistem jaringan tubuh dapat mengadakan pemulihan, sehingga badan menjadi segar setelah jaga. Bila kurang tidur mmaka unsur pitta akan meningkat, yang menyebabkan gangguan terhadap keseimbangan tri dosha dalam tubuh, yang mengakibatkan fungsi sistem jaringan tidak optimal, akhirnya tubuh menjadi sakit.
· Vihar, prilaku, gaya hidup yang alami. Maksudnya gaya hidup yang tidak alami ini adalah merokok berlebihan, minum alkhohol hingga mabuk, sering bergadang semalamann, sering berkelahi, sedih berlarut-larut, melakukan senggama berlebihan dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh, sehingga kuman penyakit gampang masuk ke dalam tubuh.
Mengapa daun dadap dipilih sebagai bahan tepung tawar? Daun dadap adalah sejenis tanaman atau tumbuhan berupa pohon. Batang ada yang berduri dan ada yang halus. Daun tiga bersatu dan berbentuk belah ketupat. Secara tradisional daun dadap berguna untuk mengobati beberapa penyakit Bagian yang Digunakan Daun dan kulit kayu. Nama Latin Erythrinae Folium; nama local Daun Dadap Serep. Daun dadap memiliki kegunaan mengatasi demam, pelancar ASI, sariawan perut, mencegah keguguran (obat luar), nifas (obat luar), perdarahan bagian dalam (obat luar), sakit perut (obat luar). Kulit kayuberguna untuk : Batuk, Sariawan perut.
Daun dadap disebut juga kayu sakti, hal ini mungkin sekali terkait karena kegunaannya. Disamping itu ada cerita tantric yang berkembang yaitu tentang ikan gabus yang melakukan tapa dibawah pohon dadap. Karena ketekunannya akhirnya permohonannya dikabulkan oleh Hyang Widdhi. Maka segeralah ikan gabus ini menjelma menjadi seekor trenggiling yang hidupnya didarat. Jika dikupas secara seksama maka ada tiga komponen penting dalam cerita tadi yaitu telaga atau kolam, ikan gabus, pohon dadap, dan klesih atau trenggiling.
Telaga adalah lambang dunia ini, ikan gabus mewakili sifat rajas dan tamas, dimana kita ketahui bersama bahwa ikan gabus sangat rakus makannya, karena itu ia tergolong predator. Pohon dadab tempatnya bertapa mengandung makna hati-hati atau waspada, artinya waspada terhadap sifat-sifat buas dan selalu eling. Klesih adalah gambaran manusia yang telah mencapai pencerahan, ia tidak lagi rakus seperti ikan gabus, kemanapun pergi selalu meninggalkan suara atau pesan dharma. Apabila ada bahaya ia menggulung badannya sendiri seperti bola, hal ini bermakna introspeksi diri atau melakukan koreksi kedalam diri. Sedangkan istilah tepung tawar bermakna bahwa segala yang bersifat negative, hanya bisa ditawarkan atau dinetralkan, bukan dihapuskan. Baik dan buruk merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan ini, namun sebagai manusia kita bisa merubah sifat buruk kita menjadi lebih baik. Tepung sendiri berasal dari buah padi, padi lambang Dewi Sri, dewi kemakmuran , buah itu Phala, jadi harus ada niat menjaga agar alam ini selalu lestari kesuburannya, membawa kemamkmuran bagi setiap insan.
Hal ini tentu merupakan tugas yang cukup berat bagi kita agar mampu melayani Tuhan dengan melayani umatn-Nya (Madawa sewa Manawa Sewa) Dengan demikian maka yang diharapkan dari upacara tepung tawar itu adalah meruwat, mengubah dari sifat yang kurang baik menjadi lebih baik. Inilah yang harus selalu diusahakan oleh setiap orang agar selama hidupnya didunia ini selalu mengalami perubahan kearah kemajuan, baik dalam urusan dunia maupun dalam urusan rohani, atau gelar urip dan gelar patinya hendaknya seimbang. Terlebih lagi para pemimpin kita yang saat ini tengah sibuk memperjuangkan nasibnya agar bila melenggang ke kursi legislative, atau bahkan menjadi orang nomor satu di Indonesia. Jika para pemimpin menghayati dan meresapi bahkan mengambil hikmah dari filosofis tepung tawar dalam kehidupan ini, niscaya akan menjadi pemimpin yang sehat lahir batin menuju mokshartam jagadhita, bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi bangsa yang rindu akan pemimpin yang membawa kemakmuran bagi negri ini.
Om Santih, santih, santih Om
maaf…
isi hadits mengenai pernikahan fatimah jauh berbeda dari yang saya ketahui selama ini…
dapatnya dari mana?
Di kesimpulan dikatakan adat2 hindu yang dulu maka di islamkan setelah datangnya islam.
maka peusijuk yang dilakukan Hindu dahulu di ganti dengan menyebut nama tuhan. Boleh begitu ya?
ada dasarnya gak…
klo gitu kita sudah meniru hindu donk, cuma beda merk aj. Naudzubillah…
bukankah barang siapa yg menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kdalam golongan tersebut.
Blok tidak bermutu, semogaa Allah mengampuninyaa,
Sesungguhnya beliau belum tau
” Contohnya adalah bersedekah. Bersedekah adalah perintah Rasul, dan ini dinamakan ajaran. Tetapi apa dan bagaimana serta dalam bentuk apa kita bersedekah itu bergantung kepada kultur dan budaya setempat, maka ini dinamakan kultural.”
ketika anda sedang menjelaskan hal ini tiba tiba paragrafnya anda potong ke peusijuk, tolong dijelaskan dulu bentuk bersedekah sebagai amalan dan sedekah sebagai kultur yang anda telah sebut di atas.
Semoga kita bertabayyun mencari kebenaran, dan kebenaran datangnya dari Allah, semoga Allah memberi kita kesempatan untuk dapat berjuang demi agama Allah dan selalu dalam hidayah. amin.
Tolong ya akhi, di jelaskan